Minggu, 29 Maret 2015

Pernahkah Kamu Merasa Hampa? PART 3

Ketika itu aku bahagia. Ketika itu aku sedang besrsama teman-temanku. Ketika itu juga aku tau, ada sesuatu yang salah sedang aku rasakan. Kamu pasti pernah merasakannya juga. Aku dapat melalui hari-hari lebih baik dari biasanya. Aku dapat tersenyum lebih banyak dari biasanya. Aku dapat dengan lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan, aku menjadi lebih mudah mengerjakan hal-hal yang biasanya berat aku kerjakan.

"Kamu pernah merasakannya?"


Sedikit aku paham hal itu adalah kesalahan. Seharusnya semua hal dapat membuatku bahagia. Seharusnya tidak hanya karena satu hal saja aku dapat melakukan semuanya dengan lebih baik.

Ketika itu lah aku merasa hampa.

Aku berharap, aku tidak mengetahui tentang dirinya lebih jauh dari apa yang sudah aku ketahui selama pembicaraan di antara kami. Tapi, sekali lagi aku ingin bertanya, "Pernahkah kamu merasakannya?"

Aku mencari tau dengan sendirinya.

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.

Aku terkejut.

Ada rasa yang sakit di dada.

Aku merasa ingin meneteskan air mata.

Kini aku sadar. Kehampaan yang sesugguhnya diciptakan oleh pemilik kehampaan itu sendiri.

Aku menyesalinya.

Ketika itu juga aku memikirkan rangkaian kenangan indah dengan dirinya. Sederhana. Kuputar ulang rekaman tentang dirinya dalam ingatanku. Mencoba menghilangkan rasa sakit itu. Sekali lagi aku mengingatnya, setiap detail dengan baik. Aku ikhlas Tuhan.

Seketika setelahnya, aku dapat kembali tersenyum. Aku juga memikirkan hal-hal menarik lainnya yang dapat aku lakukan bersamanya. Aku melihatnya sebagai kawan seperti halnya kamu.

Kini, dalam kehampaanku, aku merasa bahagia seperti biasanya. Tapi ada satu pertanyaan di benakku. Aku pernah berkata padamu bahwa ketika kamu menghapus cintamu maka kamu akan merasa hampa. Kenyataannya saat ini, ketika aku menghapus sebuah cinta, aku justru bahagia.

Aku teringat sebuah kalimat, "Anak kecil kok cinta-cintaan!"

Kamu pasti mengerti arti 'cinta' yang terkandung di dalamnya. Aku tertawa, teringat sebuah lagu, "Kata nenek, itu berbahaya."

Kali ini, aku memikirkan sesuatu yang lebih baik dari 'cinta-cintaan'. Aku kembali fokus pada tujuanku, ketulusan dan kasih sayang.

Play Music

Tidak ada komentar:

Posting Komentar