Rabu, 02 Februari 2011

Akhir Semester


“Nindiiiii… Mau nolongin aku gak?”
“Ngapain??”
“Buat Putra ketemu sama Putri”
“Hah?! Gimana caranya bos?”
“Kamu ngurus  Putra, aku ngurus Putri. Gimana? Entar kamu pura-pura aja mau ketemu sama Putra. Nanti aku yang ngurus Putri.”
“Heh? Aku yang ngurus Putra?”
“Iyalah, masa kamu yang ngurus Putri? Emang bisa?”
“Hehehe.. Kagak. Oke dech nanti aku cari ide. Emang gimana ceritanya kok dari semalem aneh kamu.”
Mulailah Rachmi bercerita pajang dan lebar. Aku kasi tau ya, Rachmi kalo dan ngomong gak biSa di rem sebelum ia memutuskan sendiri untuk berhenti. Di depan pintu gerbang barat SMP N 8 yang dalem Rachmi bercerita panjang dan lebar tentang keanehan Putra. Dari ceritanya aku juga curiga sama Putra. Masa Putra mengulang kembali masa-masa kelabu itu? Tapi itulah cerita.
Setetes air mata Rachmi menjadi symbol tanda ‘titik’ pada ceritanya. “Iya pokoknya gitu. Uda ah, aku mau ke sana! Ikut gak? Aku sama yang lain di BK”
“Kagak ah.” jawabku sambil berbalik menggandeng Cahya. Wajah Cahya bisa di bilang kayak anak ilang. Rupanya, sedari tadi dia mencoba memahami alur cerita Rachmi tapi enggak berhasil. Ia pun bingung ketika Rachmi langsung pergi meninggalkan kami.
Di depan kelas 9-3 dengan sabar aku menjelaskan. Aku beri tahu dia garis besar pembicaraan tadi. Setelah selesai ia mengangguk. Jujur, anggukannya bikin aku kesel! Dari matanya kayaknya dia belum ngerti juga tapi takut di marahin. Hehe. Tiba-tiba hp-ku bergetar. Ada sms dari Rachmi.
K kfc aja nin ,, k blakang
Ak msh pngen ngmg
Sms yang padat dan sangat jelas tapi tidak singkat. Bilang aja ke-BK, gag perlu repot-repot bilang kfc terus ke belakang. Hadde, namanya orang eror kayak gitu kali iya? Kebetulan aku sama Cahya emang lagi gak ada kerjaan, jadi aku kasih tau Cahya sms dari Rachmi. “Ya udah ayok ke sana.” Eah, tanggapan yang bagus ! “Tapi nanti dengerin ceritanya lho! Biar kamu ngerti.” Akhirnya aku dan Cahya pergi ke BK. Sesampainya di parkiran, dengan polosnya Cahya tanya,”mana e mereka kok gak ada?”
“Itu lho mas. Masa gak keliatan? Yang jeli to kalo nyari orang!”
“Hehe… Kan gak liat!”
“Halah. Alesan aja!”
Aku dan Cahya langsung menuju ke meja di mana Rahma, Hamed, Jelita, dan Rachmi duduk. Ada satu bangku kosong di antara mereka.
“Weh, dah di siapin bangku buat aku to?” Tanyaku sambil bergegas duduk di kursi itu.
“Itu tempatnya Metronika !!!!!!!!” teriak Rahma dan Hamed hampir bersamaan. Dasar makhluk kembar ! Marahin orang berdua ! Berdebat pelajaran berdua ! Pergi ke mana-mana berdua! Pokoknya berdua terus.
“Eaea, aku pindah.” Seruku sambil pasang tampang melas.
Kemudian Rachmi dan Cahya menggabungkan meja mereka dengan meja kosong di dekat situ. Hem, aku melihat Cahya, ada yang aneh dari dia, ada sesuatu yang disembunyiin, dan aku sebel kalo dia diem terus kayak sekarang! Setelah meja dan kursi tertata rapi, Rachmi mulai tancap gas lagi!
Di sela-sela pembicaraan…
“Ada sms dari Dhiksa nih.” Dengan tampang sumpek banget Cahya nyodorin hp-ku.
“Kamu aja yang bales.” Sorry bos, gak bisa ladenin kamu ngambek sekarang ada Rachmi yang masi nge-gas ni.
“Mau bales apa?”
“Yo manut, terserah kamu aja.”
Sambil dengerin curhatnya Rachmi aku masih memperhatikan Cahya. Aku masi tau kapan dia selesai bales sms dari Dhiksa, kapan sms dari Dhiksa dateng lagi. Aku juga perhatiin kapan Metronika dateng bawa minuman, kapan mbaknya dateng bawain nasi gorengnya dia, kapan Cahya bersabar gara-gara Metronika lolok lagi. Aku juga ngitungin berapa kali Rahma noleh ke penjual jamur goreng, 12kali! Cahya juga sempet pinjem headsetku buat dengerin lagu. Habis itu aku bales-balesan lagu sama dia. Walaupun yang dengerin cuman dia dan aku juga harus balesin sms Putra lewat hp-nya Rachmi.
Tiba-tiba…..
“Eh… Itu kan Awan! Jalan sama cewek SBI, pake kerudung abu-abu.” Jerit Jelita yang tertahan emosi. Pandangannya tak lepas pada Awan. Semua mata di meja itu langsung melihat ke arah Awan berada. Miris, hanya beberapa detik kami melihatnya, setelah itu ketutupan, maklumlah, dari jarak jauh dan mereka emang berjalan melewati parkiran. Beberapa dari kami pengen ngikutin, tapi aku liat mata Jelita seperti tidak mengijinkan. Yang lain juga tau, keputusan yang tepat adalah temenin Jelita di sini sambil nunggu jamurnya datang. Jelita hanya diam sedangkan makhluk-makhluk lainnya berdebat.
“Wah Jel, harusnya kamu gag usah liat!”
“Enggag lah! Bagus dia tau sekarang dari pada besok-besok!”
“Awan tu jahat banget to! Aku jadi benci sama Awan!” komentar Metronika.
“Tapi sayang kamu cuman liat bentar!” seru Rachmi dengan hebohnya. Pengen aku bilang, jangan heboh bos !
Beberapa detik kami terdiam, memandang Jelita dengan tampang kasihan. Jelita sedari tadi hanya terdiam dengan tatapan kosong.
“Tenang Jel, kayak aku ni lo, patah hati tapi tetep happy-happy!” seru Rachmi masi dengan nada heboh di tambah senyum. Jelita menoleh kearah Rachmi dan tersenyum tipis kemudian senyum itu hilang. Entah apa yang terjadi, Hamed dan Metronika nemenin Jelita masuk ke KFC (lewat belakang).
Yeah, yang tersisa masih seru-serunya ngomongin Awan. Gak berapa lama Metronika balik tanpa Hamed dan Jelita. Masih dengan wajah loloknya dia duduk dan bilang…..
“Awan tu jahat banget to! Aku jadi benci sama Awan!” (diulang kembali)
“Iya, padahal dia ngasih harapan ke Jelita kan?” komentarku dengan (penuh) kesabaran.
“Iya! Tau gak, dia tu selalu ngasih harapan ke semua cewek yang sms dia!”
“Weh? Jahat banget!” seruku (tapi gak kaget, dari awal aku gak suka sama matanya).
Waktu Jelita balik bareng Hamed, jamurnya dah jadi. Punya Rachmi dan Rahma malah udah habis. Kalian tau? Baru kali ini seorang Jelita bilang, “Ada yang mau?” sambil nyodorin makanannya ke tengah-tengah meja.
Setelah jamurnya Jelita habis, kami masih duduk di tempat itu. Metronika dengan loloknya memutar-mutar bungkus jamur dan menumpahkan rempah-rempah yang ada di dalamnya, dan bungkus itu hampir saja menampar Cahya yang duduk disebelahnya (otomatis dua makhluk itu berantem kecil-kecilanan). Jelita dengan tenangnya minta dianterin Rahma ke toilet karena mau ‘pup’. Hamed langsung pulang ketika jamur pesanannya sudah jadi. Cahya masih sibuk dengerin lagu di hp-ku dan smsan sama Dhiksa. Rachmi sibuk membalas sms dari Putra dan heboh waktu Putra gak bales-bales. Masih dengan keadaan yang sama, aku sebel sama Cahya yang diem aja.

………………………………………………………….. .

Eah, Semaster I diakhiri dengan berkumpul bersama di BK sambil menikmati jamur di atas sebuah meja yang di kelilingi serpihan-serpihan hati yang tersakiti.
Hehehehehe, . . . . . . . . . . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar