Kamis, 10 Maret 2011

kenangan tak terlupakan di SMP 8.

ada banyak kenangan yang tak terlupakan selama bersekolah di SMP N 8. mulai dari kenangan bersama teman-teman (pastinya), bersama guru, bersama ibu-ibu kantin, dan masih banyak lagi. salah satu kenangan yang tak terlupakan adalah saat piknik ke Bali pada kelas 7. Begini ceritanya:

pada saat aku kelas 7, SMP 8 yogyakarta mengadakan piknik ke Bali untuk angkatanku. tanggal berapa aku lupa. pastinya ketika jam menunjukkan pukul 9.30 kami memulai perjalanan ke Bali. baru 30menit perjalanan di mulai, temanku, Ayu Putri udah mual-mual gag karuan, untung gak berapa lama setelah itu dia tertidur.
perjalanan di dalam bis yang aku tumpangi berjalan lancar tanpa hambatan. beberapa  tempat kami lewati. tapi sayangnya aku bukan orang yang bisa ataupun dapat menghafalkan daerah ataupun nama tempat. buatku itu hal yang sunah. selama perjalanan aku duduk bersama Belva, teman sekamarku nanti, Ayu dan Asri duduk di seberang sampingku. sedangkan Meda duduk di belakang Asri dan Ayu. di depanku duduk dengan tenang Alby dan temennya yang berganti-ganti. sedangkan di belakangku, dengan usilnya Vian dan Najib mengerjai aku dan Belva.
Sesampainya di Bali kami mengunjungi tempat-tempat wisata seperti pantai, di sebuah pantai di siang hari (saya lupa tepatnya) aku dan teman-teman sekamarku bermain-main di pinggiran pantai, sesekali kami berfoto. kungkin karena terlalu lelah, kami tidak terlalu bersemangat berpose.setelah selesai bermain-main dengan kamera, kami bermain dengan pasir air dan seorang bapak pencari cacing. tahu kah kalian? tanpa menunggu cacing-cacing itu muncul ke permukaan, dengan cepat si bapak itu mengambilnya dari dalam tanah. cacing yang di dapat pun besar-besar semua! :D terbukti dari ember yang ia bawa-bawa. di dalam ember itulah beberapa puluh cacing menggeliat-geliat di dalam genangan air. sampai saat ini, masih jadi pertanyaan di kepalaku. Bagaimana cara bapak itu tahu di dalam tanah di sebelah situ ada cacingnya? mungkin bapak itu bisa mendengar detak jantung cacing itu, pikirku konyol.
setelah bapak itu agak menjauh dari rombongan, kami pun kembali bermain-main air. TIBA-TIBA......
Asri tanpa keahlian apapun bisa dan telah menangkap seekor ikan kecil yang sedari tadi berenang-renang di pinggiran pantai. mungkin mencari makan, atau lebih mungkin lagi berharap mendapat makanan. kami sempat memasukkan ikan itu kedalam plastik. yeah, hanya untuk bersenang-senang saja kami berpikir akan membawa pulang ikan itu. tapi tak berapa lama setelah Raul, Lingga dkk datang kami melepas kembali ikan itu. untung aja ikannya gak mati gara-gara main sama kita-kita. hehe...
ada satu hal lagi yang tidak pernah kulupakan. malam hari di hotel....
malam itu kami benar-benar lelah, tapi entah apa yang terjadi, panggilan jiwa meminta aku dan Asri ingin begadang malam itu. beberapa kali kami mondar-mandir ke kantin hotel. Laper. setelah merasa cukup persediaan makanan untuk begadang, aku dan Asri duduk-duduk di kursi depan kamar. kamar kami adalah kamar paling pojok dari sebuah lorong. lorong itu berhadapan dan selebar dengan tangga naik dan turun. cukup luas memang. saat berbincang-bincang, Onie bernyanyi keras sekali sambil bertelanjang dada dan membawa gitar. ia berjalan dari tangga bawah menuju ke lantai atas. jalannya sedikit sempoyongan. setelah ia sampai di lantai ataspun aku dan Asri masih mendengar suaranya. tak berapa lama setelah itu, Rahul berjalan dari tangga bawah menuju ke atas juga. sambil berjalan sempoyongan ia memegangi pegangan tangga. ia juga bertelanjang dada. aku baru tahu setelah raul lewat. mereka dalam keadaan mabuk ! semua ! seluruh yang ada di lantai atas ! mungkin ini juga yang di sebut panggilan jiwa. aku dan Asri penasaran dengan apa yang ada di lantai atas. lantai tiga tepatnya. setelah menimbang-nimbang, aku dan Asri pun naik. Asri sempat ragu untuk naik, tapi...ya namanya juga panggilan jiwa. Asri berhenti di tengah-tengah tangga ke lantai tiga. sedangkan aku?? berhubungan Alby udah kasih tau di mana sarang para pemabuk. kamar ke tiga dari lorong yang deket tangga. astaga...... yha, itulah yang aku lihat, tak perlu ku jelaskan pada siapapun. setelah mengetahuinya aku pun memutuskan untuk turun dan mengatakan,"gak tau, gak keliatan pada lagi ngapain."
kami berduapun kembali ke tempat nongkrong (kursi depan kamar). tak berapa lama kami pun di suruh atau mungkin lebih tepatnya di paksa secara halus untuk masuk dan tidur. hmmm, mungkin pak cip takut terjadi apa-apa karena banyak manusia yang hilang kesadaran. tak berapa lama setelah aku dan Asri masuk ke kamar, dan dengan kehebohan pak cip yang membuat penghuni kamar kami bangun membuat kami justru heboh ngomongin para pemabuk di hotel yang kami tempati. tak berapa lama......
suasana di lorong kamar kami ribut. berisik. aku pun membuka pintu kamar dan membuat celah seukuran kepalaku untuk nongol dan melihat ke arah tangga naik. ternyata, di tengah-tengah lorong, beberapa orang yang aku kenal dan sedang mabuk sedang nongkrong di situ. kecuali Yulfan. ia ada di situ tapi sepertinya tidak mabuk. ia mampu mengenaliku walaupun penerangan di lorong itu telah di matikan semua. dari dalam kamar aku mendengar (teman-temanku juga denger sih) beberapa dari mereka menanyakan siapa yang buka-buka pintu?? dan suara khas Yulfan menjelaskan pada mereka akulah yang membuka pintu. sempat 4 kali aku membuka pintu kamar itu untuk mengawasi mereka. yang kelima kali aku menunggu lorong sepi. setelah sepi baru aku membuka pintu dengan posisi yang sredari tadi aku gunakan. kaki kananku mengganjal bagian bawah pintu, tangan kananku mengganjal tengah pintu. tiba-tiba saja mereka. sekali lagi saya tegaskan, MEREKA datang dari lorong sebelah kamarku. dengan tanpa sadar (aku tahu gak sadar soalnya kemaren aku tanyain dia gak inget) Onie mencoba masuk ke dalam kamar. kejadian itu membuat Asri lompat ke tempat tidur dan entah ia membentur apa. konsentrasiku terpecah antara menjaga pintu dan keadaan asri. beberapa deti kemudian dorong-dorongan pintu di akhiri oleh ke datangan rahul yang memegang gagang pintu kamarku dan mendorong onie jauh dari pintu itu. "wes mlebu!!" singkat padat dan membuat ku hampir muntah. maksudku karena jarak dadanya yang tanpa baju itu dengan mukaku lumayan dekat itu. dan satu lagi, bau-bau yang tidak asing dari kamar lantai atas tadi sangat pekat mencoba menjebol hidungku. setelah kejadian itu kami mendengar mereka bubaran. beberapa botol yang bergelinding di lantai atas terdengar dari kamar kami.
yah itulah yang aku alami saat itu.
kurang lebihnya, itulah yang aku ingat.

penulis:
Anindita Elladevi (01)
IX-3 SMP N 8 Yk



Tidak ada komentar:

Posting Komentar